Sering abai dengan diri sendiri, hingga tak sadar sudah berdiam terlalu lama.

Kita nggak bisa ngarep orang bakal 24/7 ngerti kondisi kita, nggak mungkin. Kita mau sampai kapan ya cuek sama diri sendiri? Terlalu sibuk memenuhi ekspetasi orang, atau bikin orang lain terkesan, tapi kita jadi nggak kemana-mana. Akan ada satu momen dimana kita harus beranjak, tapi kita takut buat bergerak.

Tapi, tapi, dan tapi.

Buat apasih kita mendebat? kita menang apa dari menyanggah argumen orang lain? Kenapa kita begitu defensif dari orang yang bahkan tidak sejengkalpun menyerang kita? Kita mungkin terlalu denial kali kalau emang udah waktunya kita gerak, tapi kita takut kehilangan sesuatu.

Tapi memang pergi kan artinya meninggalkan sesuatu?

Ya sudah pasti ketika kita sudah berangkat pergi, ya akan selalu ada hal yang akan jadi ga deket lagi sama kita. Konsepnya sama aja kaya bertemu dan berpisah. Sedih? pasti! tapi ya mo gimana, masa hidup cuma mau segitu-segitu aja? Kita gabisa serakah jadi manusia. Yang dipilih selalu salah satu, kita ga bisa semuanya bersamaan dan berdampingan.

Tapi walaupun pasti akan berpisah, setiap pertemuan kan mempunyai makna.

Keknya Tuhan ga mungkin mempertemukan kita dengan sesuatu for no reason, kan? Setiap bertemu dengan sesuatu, selalu ada yang kita bisa belajar dari mereka. Baik dari sudut pandang mereka, atau dari pandangan kita terhadap mereka. Sehingga berpisah dapat dimaknai bahwa kita akan belajar hal baru. Yang sangat mungkin bisa jadi lebih baik dari yang kita pelajari saat ini.

Sejauh ini, yang aku takut dari roller coasternya kehidupan adalah penerimaan dan rasa rela.

Ikhlas itu ternyata sulit sekali. Menerima kenyataan itu sulit sekali. Tapi untuk apa juga kita ngeyel dengan fakta? Tidak mengubah apapun kan? Yaudah lanjut jalan aja. Ya habis mau gimana lagi?

Semangat ya, kita keren. Dan kita harus sayang diri sendiri. :)