Rumah Kita Hilang Pelita
17 January 2023 - 2 Min. Read
Getir pahit itu rupanya perpisahan.
Rumah Kita Hilang Pelita
17 January 2023 - 2 Min. Read
Getir pahit itu rupanya perpisahan.
Lagu oleh Teddy Adhitya - Langit Favoritku.
Pukul delapan malam, lamun ini menyeruak kedalam isi kepala saat aku dalam perjalanan pulang.
Memikirkan ayah yang harus menafkahi anaknya yang masih kecil,
merenungi sulung yang saat ini diandalkan oleh keluarganya,
memandangi adik-adik yang telah terlanjur memantapkan keputusanya.
Hujan tidak usai dari tengah hari hingga malam ini. Deras sekali, baik dari langit bahkan hingga ke lubuk hati.
Risau ini amat rumit, mengkhawatirkan mereka yang hari ini mengetahui kehilangan jalan penghidupanya.
Aku bukan orang yang pandai menyembunyikan perasaan, setegar apapun aku berusaha menguatkan mereka, tangisku pecah juga.
Nasibku tidak sama, namun aku yang paling keras menangisnya.
Keselamatanku tidak lantas membuatku lega, tidak sedikitpun menutup kesedihanku akan kehilangan kakak dan adikku.
Dari sekian ribu cara untuk berpisah, mengapa dengan cara yang sepahit ini?
Berpisah dengan kalian sudah jelas membuatku amat sedih, namun tidak sedikitpun ada dalam prasangkaku bahwa kita akan berpisah dengan keadaan yang begitu sulit ini.
Aku lebih rela pergi daripada harus aku yang ditinggalkan. Hilang arahku. Dalam gagap ini aku kesulitan untuk yakin bahwa aku masih bisa berbuat sesuatu.
Aku merasa bukan rekan, sahabat, dan saudara yang baik bagi kalian. Aku minta maaf.
Namun bila dibandingkan dengan tidak mengenal kalian sama sekali, menjadi rekanmu walau sesingkat ini aku sudah sangat senang sekali.
Jurnal kita mungkin tidak beribu lembar, pun sedikit namun hal yang kita lakukan bersama amat nian berkesan.
Jika benar-benar nanti, walau aku masih berharap ini membaik, kita benar-benar berpencar akibat badai ini, aku harap kita diberi kekuatan yang sama untuk menerjangnya walau dengan jalan yang berbeda.
Aku sangat menunggu kita bisa bertemu lagi di lain waktu, memang tidak harus selamanya. Setidaknya bila rindu, sempat itu masih ada.
Aku bangga dan bersyukur, kalian hadir dalam kehidupanku.
Aku belajar betapa tegar dan tak gentarnya kalian, tak sedikitpun tersedu, justru senyum tersimpul tak setitikpun malu. Setelah terisak begitu pilu pun kalian masih tegar menghibur menenangkanku. Begitu sederhana, begitu tenang, kalian menyikapi ini bahkan jauh lebih baik dari sikapku.
Rumah kita hilang pelita, namun masih ada setitik cahaya kecil yang bisa kita perjuangkan lagi, kita upayakan bersama ya.